MANAJEMEN KOMUNKASI DALAM ORGANISASI

KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI





Pengertian komunikasi
Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam entuk gagasan atauu informasi dari seseorang ke oranng lain. Perpinahan pengertian tersebut melibatkn lebih dari dari sekedar kata-kata yang digunakann alam percakapan tapi juga eksresi wajah, intonasi, titik pusat vocal dan sebagainya.dan perpindahan yang efektif memerlukan tidak hanya transmisi data, tetapi bahwa seseorang mengirimkan berita dan menerimanya sangat tergantung pada  keterampilan-keterampilan tertentu (membaca, menulis, mendengar, berbicara dan lain-lain) untuk membuat sukses pertukaran inormasi. 
Komunikasi sebagai suatu proses dengan mana orang-orang bermaksud memberikan pengertian pengertian melalui peniringan berita  scara simbolis, apat menghubungkkan para anggota berbagai satuan oranisasi berbeda pula, sehingga sering disebut rantaii pertukaran informasi. Konsep ini mempunyyai unsur-unsur:
1.      Suatu kegiatan untuk memuat seseorang mengerti
2.      Suatu saran pengaliran informasi, dan;
3.      Suatu sistem bagi terjalinya komunikasi diantara individu-individu
Pandangan tradisional tentang komunikasi telah banyak diubah, oleh perkembangan teknologi yaitu bahwa komunikasi tidak  hanya terjadi antara dua atau lebih individu, tetapi mencakup juga komunikasi antara orang-orang dan mesin-mesin, dan bahkan antara mesin dengan mesin lainnya.
B.     Proses Komunikasi
Model  komunikasi Antar-Pribadi
Model proses komunikasi yang palng sederhana adalah sebagai berikut:
Pengirim                Berita                Penerima

Model ini menunjukan 3 (tiga) unsur esensi komunikasi. Bial salah satu unsur hilang, komunikasi tidak dapat berlangsung. Sebagai contoh, seseorang dapat mngirimkan berita, tatapi bila tidak ada yang menerima atau mendengar, komunikasi tidak terjadi.
Meskipun modelnya sederhana, proses komunikasi adalah kompleks. Sebagai suatu gambbaran kompleksnya proses komunikasi adalah “telepon”, dimana pengirim menyampaikan suatu berita, tetapi penerima mungkin mendengar atau menerima berita bukan yang dimaksudkan pengirim.
Model proses komunikasi yang leih terperinci, dengan unsure-unsur penting yang terlibat dalam komunikasi antara dan diantra para anggota organisasi.
Sumber (source). atau pengirim berita memainkan langkah pertama dalam proses komunikasi. Sumber macam mengendalikan macam berita yang dikirim, susunan yang digunakan, dan sering saluran melalui mana berita dikirimkan. Dalam organisasi, sumber merrupakan pihak yang mempunyai kebutuhan dan keinginan untuk mngkomunikasikan sesuatu gagasan, pikiran, informasi, dan sebagainya, kepada pihak lain. 
Pengubahan berita kedalam sandi/kode (enconding). Langkah kedua ini-enconding the massage-mengubah berita kedalam berbagai bentuk symbol-symbol verbal atau nonverbal yang mampu memindahkan pengertian, seperti kata-kata percakapan atau tulisan, angka, gerakan, ataupun kegiatan.
Dari beberapa symbol yang tersedia, pengirim berita menyeleksi salah satu yang akan dapat memenuhi keutuhan khusus. Pengirim berita seharunya tidak hanya memikirkan apa yang dikatakan tetapi juga bagaimana hal itu akan disajikan agar pengaruh yang diinginkan dari penerima terpenuhi. Jadi, berita harus disesuaikan dengan tingkat pemahaman, kepentingan dan kebutuhan penerima untuk mencapai konsekuensi-konsekuensi yang diinginkan. Simbol-simbol harus diseleksi atas dasar emahaman yang kan diperoleh dari pendengar atau pembaca. Kesamaan pengertian ini penting, karna ketidaksamaan pengertian akan menimbulkan salah komunikasi. 
Pengiriman berita (transmitting the  message). Langkah ketiga mencerminkan pilihan komunikator terhadap media atau “saluran distribusi”. Komunikasi lsan mungkin disampaikan melalui berbagai saluran-telepon, mesin pendikte, orang atau videotape. Hal ini mungkin dilakukan secara pribadi atau dalam pertemuan kelompok dengan banyak orang. Dalam kenyataanya, salah satu keputusan penting yang harus dibuat pengirim  adalah dalaam penetuan saluran yang tepat atau sesuai bagi pengirim berita tertentu.
Manfaat komunikasi lisan, orang per orang, adalah kesempatan untuk berinteraksi antara sumber dan  penerima, memungkinkan komunikasi nonverbal  (gerakan tubuh, intonasi suara,dan lain-lain), disampaikannya berita seecara cepat, dan memungkinkan umpan balik diperolaeh segera.
Sedangkan komunikasi tertuli dapat disampaikan melalui saluran-saluran seperti memo, surat, laporan, catatan, bulletin dewan direktur, nanual persahaan, dan surat kabar. Komnikasi tulisan mempunyai manfaat dalam hal penyediaan laporan atu dokumen untuk kepentingan diwaktu mendatang.
Agar komunikasi  lebih efisien dan efektif manajer perlu mempertimbangkan penentuan media atau saluran yang ada. Sebagai contoh, ucapan “selamat pagi” tidak perlu ditulis dalam bentuk memo, sebaliknya pemberian pesanan sebaiknya ditulis dalam bentuk memo.
Penerimaan berita. Langkah keempat adalah penerimaan berita oleh  pihak penerima. Pada  dasarnya, orang-orang menerima  berita melalui kelima pancaindra mereka – pengglihatan, pendengaran, pengecap, perabaan, dan penciuman. Pengirim berita belu lengkap atau tidak terjadi bila  suatu pihak belum menerima berita.. baanyak komunikasi penting gagal karena seseorang tidak pernah menerima beriita.
Pengartian dan penerjemahan kembali berita (decoding). Langkah kelima proses komunikasi adalah decoding. Hal ini menyangkut pengartian simbol-simbol oleh penerima. Proses ini dipengaruhi oleh latar belakang kebudayaan, pendidikan, lingkungan, praduga, dan gangguan di sekitarnya. Selalu ada kemungkinan bahwa berita dari sumber, ketika diartikan oleh penerima, akan menghasilkan pengertian yang jauh berbeda dengan yang dimaksud oleh pengirim. Jadi, penerima mempunai tanggung jawab untuk efektivitas komunikasi, dalam hal komunikasi dua arah. Manajer dan bawahan dapat berperan baik sebagai sumber maupun penerima dalam suatu interaksi. Berbagai macam interaksi dapat dilakukan dengan ruang lingkup, tingkat kepentingan dan periode waktu yang berbeda-beda.
Umpan balik (feedback). Setelah berita diterima dan diterjemahkan, penerima mungkin menyampaikan berita balasan yang ditujukan kepada pengirim mula-mula atau orang lain. Jadi, komunikasi adalah proses yang berkesinambungan dan tak pernah berakhir. Seseorang berkomunikasi, penerima menanggapinya melalui komunikasi selanjutnya  dengan pengirim atau orang lain, dan seterusnya. Tanggapan ini disebut umpan balik.
Manajemen dapat mendistribusikan bulletin yang berisi kebijaksanaan baru kepada kelompok-penyelia tetapi sampai ada tanggapan dalam bentuk pertanyaan, persetujuan, komentar atau perilaku atau telah sampai adanya pengujian untuk melihat apakah kebijaksanaan dijalankan atau tidak, manajemen tidak akan tahu seberapa efektif pernyataan tersebut.
C.    Komunikasi Orgnisasi
Raymond V. Lesikar telah menguraikann 4 (empat) faktor yang mempengaruhi efektivitas komunkasi organisasi, yaitu saluan komunikasi formal, struktur organisasi, spesialisasi jabatan dan apa yang disebut Lesikar sebagai “pemilikan informasi”.[1]
Saluran komunikasi formal mempengaruhi efektivitas  komunikasi dalam dua cara. Pertama, liputan saluran formal semakin melebar sesuai perkebangan dan pertumbuhan oorganisasi. Sebagai contoh, komunikasi efektif biasanya semakin sulit dicapai dalam organisasi yang besar dengan cabang-cabang yang menyebar. Kedua, saluran komunikasi formal dapat menghamabat aliran informasi antara tingkat-tingkat organisasi. Sebagai contoh, karyawan lini perakitan hampir selalu akan mengkomunikasikan masalah-masalah pada penyelia (mandor) mereka dan bukan pada manajer pabrik. Keterbatasan ini mempunyai kebaikan (seperti menghindarkan manajer atas dari kebanjiran informasi), tetapi juga mempunyai kelemahan (seperti menghindarkan manajer atas dari informasi yang seharusna mereka peroleh).  
Stuktur wewenang organisasi mempunyai pengaruh yang sama terhadap efektivitas organisasi. Perbedaan kekuasaan dan kedudukan (status) dalamm organisasi akan menentukan pihak-pihak yang berkomunikasi dengan seseorang serta isi dan ketetapan komunikasi. Sebagai contoh, percakapan antara direktur perusahaan dengan karyawan akan dibatasi formalitas dan kesopanan, sehingga tidak ada pihak yang berkehendak untuk mengatakan seuatu yang penting. 
Spesialisasi jabatan biasanya akan mempermudah komunikasi dalam kelompok-kelompok yang berbeda. para anggota suatu kelompok kerja sama akan cenderung berkomunikasi dengan istilah, tujuan, tugas, waktu, dan gaya yang sama. Komunikasi antara kelompok-kelompok yang sangat berbeda akan cenderung di hambat.
Pemilikan informasi berarti bahwa individu-individu mempunyai informasi khusus dan pengetahuan tentang pekerjaan-pekerjaan mereka.  Sebagai contoh, manajer prouk akan mempunyai pengamatan yang lebih tajam dalam perumusan strategi-strategi pemasaran, kepala departemen mungkn mempunyai cara tertentu yang efektif untuk menangani konflik diantara para bawahannya. Individu-inddividu yang memiliki informasi-informasi khusus ini daat berfungsi lebih efektif daripada lainnya, dan banyak diantara merek yang tidak bersedia membagikan informasi tersebut  kepada yang lain.
Jaringan komunikasi dalam organisasi. Organisasi dapat merancang jaringan atau struktur komunikasi dalam beragai cara. Jariingan komunikasi mungkin dirancang kaku, seperti bahwa karyawan dilarang berkomunikasi dengan siapapun kecuali atasannya langsung. Jaringn seacam ini biasanya di maksudkan untuk menghindarkan manajer atas dari informasi berlebihan yang tidak perlu dan menjaga kekuasaan dan statusnya. Sebaliknya, jaringan mmungkin dirancang lebih bebas, dimana individu-individu dapt berkomunikasi deengan setiap orang pada setiap tingkat. Jaringan seperti ini digunakan bila aliran komunikasi yang lebih bebas sangat diperlukan, seperti dalam departemen riset.
D.    Saluran Komunikasi Dalam Organisasi
Pemahaman yang lebih baik tentang komunikasi organisasi dapat diperoleh dengan mempelajari arah-arah dasar gerakannya yang tampak dengan terbentuknya saluran-saluran komunikasi. Saluran-saluran komunikasi formal ditentukan oleh struktur organisasi atau ditunjukkan oleh berbagai sarana formal lainnya. Tipe saluran-saluran dasar komunikasi adalah vertical, lateral dan diagonal.
1.      Komunikasi Vertikal
Komunikasi vertikal terdiri atas komunikasi ke atas dan ke bawah sesuai rantai perintah. Komunikasi ke bawah (downward communication) dimulai dari manajemen puncak kemudian mengalir ke bawah melalui tingkatan-tingkatan manajemen sampai ke karyawan lini dan personalia paling bawah. Maksud utama komunikasi ke bawah adalah untuk member pengarahan, informasi, instruksi, nasehat/saran dan penilaian kepada bawahan serta memberika informasi kepada para anggota organisasi tentang tujuan dan kebijaksanaan organisasi.
Berita-berita ke bawah dapat berbentuk tulisan maupun lisan, dan biasanya disampaikan melalui memo, laporan atau dokumen lainnya, bulletin, pertemuan atau rapat, dan percakapan serta melalui interaksi orang per orang atau kelompok-kelompok kecil. Manajemen seharusnya tidak hanya memusatkan perhatiannya pada usaha komunikasi ke bawah, tetapi juga komunikasi ke atas.
Fungsi utama komunikasi ke atas (upward communication) adalah untuk mensuplai informasi kepada tingkatan manajemen atas tentang apa yang terjadi pada tingkatan bawah. Tipe komunikasi ini mencakup laporan-laporan periodic, penjelasan, gagasan, dan perintah untuk diberikan keputusan. Hal ini dapat dipandang sebagai data atau informasi umpan balik bagi manajeman atas.
Bentuk-bemtuk komunikasi seperti kebijaksanaan “pintu terbuka”, system komunikasi informal, survey sikap, dewan manajemen-karyawan, atau system inspektur jenderal dirancang untuk memudahkan komunikasi ke atas ke manajeman puncak.

2.      Komunikasi Lateral atau Horizontal
Komunikasi lateral atau horizontal meliputi hal-hal berikut ini:

1.             Komunikasi di antara para anggota dalam kelompok kerja yang sama.
2.             Komunikasi yang terjadi antara dan di antara departemen-departemen pada tingkatan organisasi yang sama.

Bentuk komunikasi ini pada dasarnya bersifat koordinatif, dan merupakan hasil dari konsep spesialisasi organisasi. Sehingga komunikasi ini dirancang guna mempermudah koordinasi dan penanganan masalah. Komunikasi lateral, selain membantu koordinasi kegiatan-kegiatan lateral, juga menghindarkan prosedur pemecahan masalah yang lambat.

3.      Komunikasi Diagonal
Komunikasi diagonal meupakan komunikasi yang memotong secara menyilang diagonal rantai perintah organisasi. Hal ini sering terjadi sebagai hasil hubungan-hubungan departemen lini dan staf.

E.     Peranan Komunikasi Informal
Pembahasan aliran-aliran komunikasi berkenaan dengan komunikasi formal sebagai saluran penyampaian berita yang di rancang manajer organisasi untuk memudahkan pekerjaan. Komunikasi informal juga bagian penting aliran komunikasi organisasi. Adapun bentuk komunikasi yang timbul yaitu:
1.      Pemuasaan kebutuhan-kebutuhan manusiawi, seperti kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain.
2.      Perlawanan terhadap pengaruh-pengarh yang monton atau membosankan.
3.      Pemenuhan keinginan untuk mempengauhi perilaku orang lain.
4.      Pelayanan sebagai sumber informasi hubungan pekerjaan yang tidak disediakan saluran-saluran komunikasi formal.
Tipe komunikasi informal yang paling terkenal adalah “grapevine” (mendengar sesuatu bukan dari sumber resmi, tetapi dari  desas-desus, kabar angina tau “slentingan”). System komunikasi “grapevine” cenderung dianggap merusak atau merugikan, karena tidak jarang terjadi penyebaran informasinya tidak tepat, tidak lengkap dan menyimpang. Selain itu, desas-desus cenderung bersifat membakar, tidak sesuai dengan kenyataan, lebih bersifat emosional daripada logika, dan kadang-kadang dirahasiakan dari anggota yang mempunyai wewenang manajerial lebih tinggi.
Di lain pihak, komunikasi “grapevine” mempunyai peranan fungsional sebagai alat komunikasi tambahan bagi organisasi.banyak penelitian yang membuktikan bahwa komunikasi “grapevine” lebih cepat, lebih akurat dan lebih efektif dalam menyalurkan informasi. Manajer dapat mempergunakan komunikasi ini dengan informasi yang sengaja “dibocorkan”.
Manajer harus menyadari bahwa komunikasi informal dan terutama “grapevine” tidak dapat dihilangkan. Bahkan, sebaiknya manajer perlu memahami dan menggunakan “grapevine” sebagai pelengkap komunikasi formal. Peran salah komunikasi ini dapat diminimalkan dengan merancang saluran komunikasi formal yang baik, dan menyebarkan informasi dengan cepat dan tepat.
F.     Hambatan-Hambatan Terhadap Komunikasi Efektif
Komunikasi adalah vital, tetapi komunikasi sering tidak efektif dengan adanya kekuatan-kekuatan dari luar yang menghambatnya. Berikutini akan dibahas hambatan-hambatan terhadap komunikasi yang efektif tersebut, dengan dikelompokkan sebagai 1) hambatan-hambatan organisasi, dan 2) hambatan-hambatan antarpribadi.
1.      Hambatan-Hambatan Organisasional
Ada tiga hambatan organisasional, yaitu 1) tingkatan hirarki, 2) wewenang manajerial, dan 3) spesialisasi.
Tingkatan hirarki. Bila suatu organisasi tumbuh, strukturnya berkembang, akan menimbulkan berbagai masalah komunikasi. Karena berita harus melalui tingkatan (jenjang) tambahan, yang memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai tempat tujuan dan cenderung menjadi berkurang ketepatannya. Berita yang mengalir ke atas atau ke bawah tingkatan-tingkatan organisasi akan melalui beberapa “filter”, dengan persepsi, motif, kebutuhan dan hubungannya sendiri. Setiap tingkatan dalam rantai komunikasi dapat menambah, mengurangi, mengubah, atau sama sekali berbeda dengan berita aslinya.
Wewenang Manajerial. Tanpa wewenang untuk membuat keputusan tidak mungkin manajer dapat mencapai tujuan dengan efektif. Tetapi di lain pihak, pada kenyataannya bahwa seseorang yang mengendalikan orang lain juga menimbulkan hambatan-hambatan terhadap komunikasi. Banyak atasan merasa bahwa mereka tidak dapat sepenuhnya menerima berbagai masalah, kondisi, atau hasil yang dapat membuat mereka tampak lemah. Sebaliknya, banyak bawahan yang menghindari situasi di mana mereka harus mengungkapkan informasi yang dapat membuat mereka dalam kedudukan yang tidak menguntungkan. Sebagai hasilnya ada kesenjangan “levelling” antara atasan dan bawahan.
Spesialisasi. Meskipun spesialisasi adalah prinsip dasar organisasi, tetapi juga menciptakan masalah-masalah komunikasi, di mana hal ini cenderung memisahkan orang-orang, bahkan bila mereka bekerja saling berdekatan. Perbedaan fungsi, kepentingan dan istilah-istilah pekerjaan dapat membuat orang-orang merasa bahwa mereka hidup dalam dunia yang berbeda. Akibatnya dapat menghalangi perasaan memasyarakat, membuat sulit memahami, dan mendorong terjadinya kesalahan-kesalahan. 

2.      Hambatan-Hambatan Antra-Pribadi
Manejer masih akan menghadapi kemungkinan bahwa berita-berita yang mereka kirim akan berubah atau menyimpang bahkan bila hambatan-hambatan komunikasi organisasional tidak ada. Banyak kesalahan komunikassi di sebabkan bukan oleh factor-faktor organisasi, tetapi oleh masalah-masaalah ketidak sempurnaan manusia dan bahasa. Manejer perlu memperhatikan hambatan-hambatan antarpribadi seperti :
1.             Presepsi selektif
2.             Status kedudukan komunikator
3.             Keadaan membela diri
Persepsi selektif, persepsi adalah suatu proses yang menyeluruh dengan mana seorang menyeleksi , mengorganisasikan, dan mengartikan segala sesuatu di lingkungannya. Segera setelah seseorang menerima sesuatu, akan mengorganisasikan mennjadi berbagai tipe informassi yang berarti. Dalam hal ini pengalaman mengajarkan seseorang dengan reaksi tertentu, bila seseorang mendengar suara kereta api, maka dia mengharapkan akan melihat kereta api. Seorang kariyawan menjadi “defensif” secara otomatis bila di panggil atasannya. Dengan kata lain, pengharapan yang mengarahkan seseorang untuk melihat atau mendengar kejadian, orang objek atau situasi adalah sesuatu yang dia ingin lihat atau dengar. Hal ini di sebut  persepsi selktif.
Hambatan-Hambatan mempengaruhi proses komunikasi.
 


Faktor-faktor Organisasi                                       Faktor-faktor antar pribadi
 





























Manejer perlu memperhatikan tiga aspek berikut sehubungan dengan persepsi selektif:
1.             Penerima akan menginterpretasikan berita berdasarkan pengalaman diri  dan bagaiman mereka telah “belajar” untuk menanggapi sesuatu.
2.             Permintaan akan menginterpretasikan berita dengan cara menolak setiap perubahan dalam drstruktur kepribadian yang kuat. Berita yang bertentangan dengan keyakinan seseorang yang cendrung untuk di tolak.
3.             Penerima akan cendrung mengelompokkan dan menyimpan karakteristik pengalaman mereka sehingga mereka dapat membuat pola-pola memnyelruh.
Pelajaran bagi manejer untuk memahami sebanyak mungkin tentang kerangka kesukaan, kebutuhan, motif, tujuan, tingkat bahasan, dan streotip (proses penyusunan berita menjadi seperti sesuatu yang di hahrapkan) dari penerima, agar dapat  mengkomusikasikan pengertian secara efektif.
Status komunikator. Hambatan utama komunikasi lainnya adalah kecendrungan untuk menilai, mempertimbangkan dan membentuk pendapat atas dasar karakteristik-karakteristik pengirim’ (sumber) terutama kredibilitasnya. Kredibilitas di dasarkan “keahlian” seseorang dalam bidang yang sedang dikomunikasikan dan tingkat kepercayaan seseorang bahwa oranng tersebut akan mengkomunikasikan kebenaran.
Manejer harus di pandang bawahan mereka sebagai orang yang terpercaya dan dapat di percaya. Kalau tidak, usaha untuk memotivasi, mempengaruhi dan mengarahkan kegiatan-kegiatan bawahan akan sangat terhambat dari permulaan.
keadaan membela diri. Perasaan membela diri pada pengirim, pe-nerima berita atau keduanya juga menimbulkan hambatan-hambatan komunikasi. Keadaan membela diri seseorang mengakibatkan ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan pembicaraan tertentu, dan sebaliknya meningkatkan tingkat pembelaan di pihak lain. Jadi, akan timbul reaksi rantai defensif. Keadaan ini membuat pendengar lebih berkonsentrasi pada apa yang akan di katakana dan bukan pada apa yang sedang di dnegar. Sebagai contoh, bila seorang kariyawan terancam akan kehilangan kedudukannya; maka dapat kehilangan kemampuan untuk mengartikan berita secara tepat dengan member reaksi defersif atau agresif.
Pendengaran  lemah. Manejer perlu belajar untuk mendengar secara efektif agar mampu mengatasi hambatan ini. Berbagai kebiasaan sehubungan dengan pendengaran lemah meliputi:
Ø   Mendengar hanya permukannya saja,dengan sedikit perhatian pada apa yang sedang di katakan.
Ø   Memberikan pngaruh, melalui baik perkataan atau tanda-tanda (seperti melihat jam, memandang langit, menunjukkan kegelisahan).
Ø   Menunjukkan tanda-tanda kejengkelan atau kebosanan terhadap bahan pembicaraan .
Ø   Mendengar dengan tidak aktif.
Ketidak tepatan penggunaan bahasa. Salah satu kesalahan terbesar yang di buat dalam komunikasi adalah anggapan bahwa pengertian terletak dalam “kata-kata” yang di gunakan. Sebagai contoh, perintah manejer untuk mengerjakan “secepat mungkin” bisa berarti satu jam, satu hari atau satu minggu. Di samping itu, bahasa-bahasa “non-verbal” yang tidak konsisten, seperti nada suara, ekspresi wajah, dan sebagainya dapat menghambat komunikasi.
G.    Peningkatan Efektivitas komunikasi
1.      Kesadaran akan Kebutuhan komunikasi efektif
Karena berbagai hambatan organisasional dan antar pribadi, komunikasi ektivitas tidak dapat dibiarkan terjadi begitu saja. Manajer harus memainkan peranan penting dalam proses komunikasi, dimana hanya  dengan cara itu kemudian dapat diambil langkah-langkah untuk meningkatkan efektivitas komunikasi.
Pentingnya komunikasi menyebabkan banyak perusahaan besar menggunakan para “ahli komunikasi”. Para spesialis komunikasi ini membantu perbaikan komunikas dengan bantuannya kepada para penyelia memecahkan masalah-masalah komunikasi internal; penentuan strategi komunikasi perusahaan sehubungan dengan “lay offs”, penutupan pabrik atauu relokasi, dan terminasi; serta pengukuran kualitas kegiatan-kegiatan komunikasi, melalui inteview (wawancara) atau survei.
2.      Penggunaan Umpan-Balik
Peralatan penting pengembangan komunikasi lainnya adalah penggunaan umpan balik berita-berita yang dikirim. Komunikasi dua arah ini memungkinkan proses komunikasi berjalan lebiih efektif. Para manaer dapat melakukan paling sedikit dua hal untuk mendorong umpan balik dan menggunakannya secara efektif. Manajer dapat menciptakan lingkungan yang mendorong umpan balik, dan mendapatkan umpan balik melalui kegiatan mereka sendiri.
Cara manajer berkomunikasi dengan para bawahanya dapat menetukan jumlah umpan balik yang akan mereka terima. Disamping itu, tipe komunikasi yang digunakan dan lingkungan koomunikasi penting dalam penentuan umpan balik macam apa yang akan didapatkannya. Dalam hal ini manajer perlu memainkan peranan aktif dalam pengadaan umpan balik tersebut. Sebagai contoh, setelah memberikan penugasan suatu pekerjaan manajer dapat bertanya-tanya pekerjaan yang telah diberikan.
Dilain pihak, para manajer perlu secara aktif mencari umpan balik. Manajemen partisipatif dan komunikasi tatap muka merupakan cara-cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas komunikasi melalui pengguanaan umpan balik.

3.      Menjadi Komunikator yang Lebih Efektif
Teknik-teknik komunikasi yang jelek mengganggu banyak manajer, seperti halnya mengganggu hubungan mereka dengan parra bawahanya diluar pekerjaan. Oleh karena itu, ltihan-latihan dalam penulisan dan penyampain berita secara lisan perlu dilakukan untuk meningkatkan pemahaman akan simbol-simbol, penggunaan bahasa, pengutaraan yang tepat dan kepekaan terhadap latar belakang penerima berita.
Salah satu peralatan yang digunakan secara efektif oleh para psikolog, pembimbing, dan orang-orang yang profesinya memerlukan pemahaman yang mendalam tentang klien mereka, yaitu active listening, dapat dipergunakan untuk mengembangkan dimensi baru keterampilan manajemen para manajer. Prinsip dasar peralatan ini adalah penggunaan reflective statements (pernyataan balik) oleh pendengar. Bagaimanapun juga, posisi kunci para manajer dalam proses komunikasi, membuat kebutuhan mendesak bagi pengembangan diri untuk menjadi komunikator yang lebih efektif.
4.      Pedoman Komunikasi yang Baik
American Management Associations (AMA) telah menyusun seumlah prinsip-prinsip komunikasi yang disebut “the Ten Commanddments of Good Communication” 9sepuluh pedoman komunikasi yang baik).[2] Pedoman-pedoman ini disusun untuk meningkatkan efektivitas komunikasi organisasi, yang secara ringkas adalah sebagai berikut:
1.             Cari kejelasan gagasan-gagasan terlebih dahulu sebelum dikomunikaikan.
2.             Teliti tujuan sebenarnya setiap komunikasi.
3.             Pertimbangkan keadaan fisik  dan manuia keseluruhan kapan saja komunikasi akan dilakukan.
4.             Konstulkasikan dengan pihak-pihak lain, bila perlu, dalam perencanaan komunikasi.
5.             Perhatikan tekanan nada dan ekspresi lainnya sesuai isi dasar berita selama berkomunikasi.
6.             Ambil kesepakatan, bila timbul, uuntuk mendapatkan sesuatu yang membantu atau umpan balik.
7.             Ikuti lebih lanjut komunikasi yang telah dilakukan.
8.             Perhatikan konsistensi komunikasi.
9.             Tindakan atau perbuatan harus mendorong komunikasi.
10.         Jadilah pendengar yang baik, berkomunikasi tidak hanya untuk dimengerti tetapi untuk mengerti.
Prinsip-prinsip komunikasi AMA ini memberikan kepada para manajer pedoman untuk meningkatkan efektivitas komunikasi.


DAFTAR PUSTAKA
Handoko, T. Hani, “MANAJEMEN”: Yogyakarta (BPEE-YOGYAKARTA). 2017. Cet.29.



[1]Raymond V. Lesikar “A General ‘Semantics Approach to Communication Barriers in Organization”, dalam Keith Davis ed., Organizational Behavior: A Book of Readings, McGraw-Hill, New York, 1977, halaman 336-337 atau James A.F. Stoner, op. cit, hal amarf 50-507
[2] American Management Associations, “Ten Commanddments of Good Communication” Management Review, Oktoer, 1995, dalam James A.F, Stoner, op cit, halaman 513-515.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

sejarah makam ketaq

Sejarah Makam Serewa yang ada di lombok tengah